jelaskan padaku isi hatimu
seberapa besar kau yakin padaku
untuk tetap bisa bertahan denganku
menjaga cinta ini
pertengkaran yang terjadi
seperti semua salahku
mengapa selalu aku yang mengalah
tak pernah kah kau berpikir
sedikit tentang hatiku
mengapa ku yang harus selalu mengalah
pantaskah hatiku
masih bisa bersamamu
Alunan mp3 serak yang sering aku dengar sekaligus mewakili apa yang aku rasakan waktu itu, tiba-tiba membuat aku serta merta melow sekaligus merasa ga nyaman.
udara malam yang nampaknya seirama dengan hatiku yang juga dingin tanpa toleransi membuat aku merasa tolol karena menjadi murung dengan seketika.
Aku ada diambang waras. Jiwaku sakit, ragaku melemah, hatiku merapuh. Pantaskah?
Bolehkah aku menangis? Mungkin tidak mesti ada butiran-butiran tangis lagi yang menunjukan bahwa betapa lemahnya aku sebagai seorang perempuan. Aku benci mesti menangis untuk keadaan lalu yang membuat aku merasa tidak berarti dan pernah merasa telalu bodoh.
Perih, pernah merasa tersanjung.
Perih, pernah merasa menjadi segalanya.
Kamu tahu?
Aku telah hapus rasa yang setiap orang sanjung. Aku telah hapus bagaimana rasanya tergantung.
Aku telah hapus rasa yang setiap orang ingin. Aku telah hapus sebuah rasa yakin.
Aku telah hapus setiap celah cahaya. Aku telah terlanjur tak percaya.
Kamu tahu kenapa?
Itu caraku, caraku untuk tetap berjalan seperti biasa...
Aku kembali lg ke masa itu. Dimana aku memilih kalah dari pada rugi.
Rugi dalam kamusku adalah memuja, mengejar, memohon, merengek.
Aku tidak suka menawar untuk sebuah nilai rugi.
Karena itu aku menjadi seorang yang paling keras hingga detik ini. Aku lebih memilih mundur daripada terus menjadi sebuah bayangan maya yang takkan pernah jadi nyata disana. Kuputuskan membangun kenyataanku sendiri bersama tokoh agung yang kuyakini dalam kepalaku . Katakanlah dia sebuah nurani.dan aku menjadi pengikutnya. Aku sering kali lelah, tapi setiap fase hidup yang terjadi adalah keadaan yang paling sempurna yang berjalan sesuai sekenario Tuhan. Walaupun insting manusiaku yang selalu ingin mengutuk setiap penyesalan masih tetap ada. Tapi, aku sedang belajar ikhlas menerima bahwa ini adalah keadaan paling sempurna yang telah diciptakan untukku.
Sekalipun aku punya kesempatan kembali ke masa itu, aku tidak akan pernah berusaha mencoba mengubah apapun. Toh hari ini dibangun oleh masa lalu, dan masa depan dibangun oleh hari ini dan aku tidak merasa ada yang salah dengan hari ini. Jadi, biarkan saja tidak ada yang perlu diubah.
Aku tidak minta apapun pada Tuhan kecuali rasa tenang dalam menghadapi setiap tikungan tajam.